Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh

Falsafah hidup dan kearifan orang Sunda yang satu ini tentunya bukan hal asing di telinga kita. Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh. Falsafah ini punya arti dan makna yang istimewa karena ia mengajarkan satu kesatuan sikap yang jika terjiwai dengan baik oleh suatu masyarakat berpotensi besar untuk membuat masyarakat tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat yang kuat, bersatu dan sejahtera.

RKP

6/30/20242 min read

Silih asah yang berarti saling memintarkan, silih asih yang berarti saling sayang menyayangi dan silih asuh yang berarti saling memelihara, adalah tiga prilaku yang menjadi satu kesatuan pembentuk budaya hidup yang memungkinkan terwujudnya sebuah tatanan masyarakat dengan peradaban yang luhur.

Pesan-pesan yang nampak sederhana dari falsafah tersebut sesungguhnya sesuatu yang amat bernilai tinggi. Dan bukan hanya itu bahkan kalau kita cermati, pesan-pesan tersebut adalah pesan-pesan yang sama dengan apa yang di ajarkan dalam agama kita. Tapi mungkin inilah salahnya kita yang cenderung abai dengan kearifan falsafah dan budaya bangsa kita sendiri.

Entah bagaimana kita saat ini masih cenderung bangga dengan hal-hal yang justru asalnya dari negeri orang. Sudah waktunya saya kira kita kembali kepada jati diri bangsa kita sendiri. Toh kita memanglah sebuah bangsa yang mewarisi bukan saja limpahan kekayaan alam yang luar biasa tapi juga limpahan kearifan budaya yang luhur.

Silih asah - saling memintarkan. Betapa tidak luar biasanya jika hal ini bisa kita lakoni dengan baik. inilah yang dalam kitab suci disebut dengan saling nasehat menasehati dan saling ingat mengingatkan. Jadi, jangan lagi kita cenderung saling membodohkan dan jangan lagi kita cenderung saling merendahkan. Berbagi ilmu, wawasan dan kebijaksanaan yang menguatkan dan memotivasi harus jadi budaya yang merata dalam keseharian kita.

Silih asih - saling menyayangi. Ini tentu hal yang sangat dasyat jika bisa lakoni dengan baik. Sebab kita tahu bersama bahwa kasih sayang itulah kunci segalanya. Kasih sayang inilah akar dari segala prilaku luhur manusia. Dah bahkan kasih sayang ini adalah inti dari pada ajaran agama. Jadi, segala bentuk prilaku saling benci itu harus dihilangkan sebersih-bersihnya. Saling menyayangi inilah setinggi-tingginya pencapaian keluhuran peradaban. Di atas dasar kasih sayang inilah seluruh interaksi kita harus berdiri.

Silih asuh - Saling memelihara. Luar biasa jika prilaku ini benar-benar dapat membudaya. Di sinilah kita bisa melihat arti menjadi manusia. Dalam agama kita sering sekali mendengar keharusan untuk mencintai sesama manusia sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Ya, memang demikianlah seharusnya. Karena adalah sebuah keniscayaan bahwa hidup kita bergantung pula kepada orang lain. Hal-hal yang sebaliknya, seperti saling merendahkan dan menjatuhkan adalah hal yang tidak boleh lagi ada.

Kalau boleh dikata sebenarnya bahkan dengan tiga dasar prilaku saling asah, saling asih dan saling asuh yang nampak sederhana ini saja, jika benar-benar bisa kita terapkan dan wujudkan menjadi sebuah budaya yang hidup dengan kuat di dalam masyarakat kita dapat menyaksikan sebuah tatanan masyarakat yang gilang gemilang. Karenanya sudah semestinyalah kita benar-benar kembali kepada akar dan kearifan bangsa kita yang luhur ini.